
Pagi hari, jumat 06 Oktober 2011 tepat pkl.10.00 wib di suatu tempat di selatan Jakarta
media PD : selamat Pagi mas, saya dari media PD, hari ini ditugaskan untuk meliput interview tentang musik Indonesia.
dikta : ya, segera siapkan saja bahan pertanyaannya, anda mau pesan minum? coffee mix di tempat ini rasanya berbeda, yah sekedar menemani kita berbincang-bincang (sambil memberikan menu).
media PD : siap mas, (sambil mengambil menu dan sesaat itu ia memesan coffee mix kepada waiters).
media PD : Bagaimana tanggapan anda terhadap perkembangan musik indonesia saat ini, terutama yang berkembang di media elektronik ?
dikta : menurut saya, musik indonesia dalam kacamata media elektronik itu masih penuh dengan adegan meniru-niru, menduplikat dari produk karbitan pasar.
media PD : maksudnya?
dikta : ya sperti saat ini kemunculan SM*SH sebagai ikon boyband, kemudian diikuti dengan munculnya boyband-girlband yang banyak tingkah, seperti primata, simpanse, kukang dan sejenisnya hehe (tertawa). banyak perusahaan recording berlomba-lomba pada sesuatu yang diduplikat, mereka percaya bahwa boyband menjadi industri musik yang komersil tapi untuk saat ini, karena kita tau bahwa sebelumnya musik pop melayu yang terkesan menye-menye itu menjadi komoditas pasar musik Indonesia.
media PD : menarik membahas kemauan pasar musik dan perusahaan recording yang komersil, bagaimana anda melihat situasi tersebut?
dikta : saya melihatnya sebagai rangkaian dari manajemen pasar komersil, mereka kan tergantung dengan apa yang diinginkan pasar, seperti saat trend boyband, maka mereka menciptakan boyband komersil , mungkin kalo selanjutnya musik hantu yang lagi populer, mungkin mereka juga berlomba menciptakan personel hantu lengkap dengan film nya hehe (tertawa). yah pokonya intinya ada momen yah kemudian ada pasar.
media PD : berarti intinya musik Indonesia tidak berkarakter?
dikta : kalo bicara musik major, saya sangsi kalo musik mereka punya karakter, mungkin sebagian iya memang memiliki karakter, dan sebagian saya rasa tidak, yang saya maksud musik karbitan yang sebelumnya kita bahas. tetapi jauh dari itu musik di jalur Indie penuh dengan tipikal karakter pembebasan dari kerangka musik pasar, dan benar-benar idealis.
media PD : musik Indonesia juga tak lepas dari musik Indie, beberapa musisi musik major juga lahir dari trend musik Indie. menurut anda, peranan apakah yang dipegang jalur Indie saat ini?
dikta : bicara tentang peranan maka bicara tentang substansi musik Indie itu sendiri, musik Indie lahir dari sebuah kebebasan warna musik yang different dari pasar musik, dalam artian mereka tidak tergantung dari pasar, karena memang mereka mempunya alokasi dana minimal dan mandiri. berbeda ketika kita bicara musik major yang harus komersil, di dalam indie anda akan masuk dalam sebuah pandangan bahwa musik itu universal, dan peranan disini ialah menjembatani mereka yang bermain musik bukan selera pasar menjadi sebuah industri musik yang dipertimbangkan, dalam arti menwarkan musik yang tak kalah kualitasnya.
Media PD : Apakah musik Indie memiliki arti lain dari sekedar pilihan jalur musik?
dikta : menurut saya adanya industri musik Indie yang diterima banyak kalangan seakan menampar musik major, saya katakan menampar, karena ternyata musik indie juga banyak diterima dan menjadi sebuah mainstream sendiri di kalangan anak muda. musik Indie tidak punya pasar, tapi mereka menciptakan pasar dengan identitas musik, life style dan juga karakter.
Media PD : apakah musik Indie bertentangan dengan major ?
dikta : sebagian orang bilang bahwa dua jalur tersebut satu rangkaian, tapi menurut saya itu semua nonsense, musik Indie lahir itu sebagai bentuk pertentangan dengan major yang mengangungkan nilai komersil, sehingga kebebsan musik kadang dikebiri dan disesuaikan selera pasar. begitulah yang di kontradiksikan dengan Indie, Indie yang punya kebebasan, identitas, kreatifitas, warna musik yang berbeda merupakan daya tarik sendiri daripada label major.
Media PD : pembicaraan kita dari tadi mengarah kepada jejak rekam Indie, apakah anda pendengar setia musik Indie?
dikta : saya bukan hanya sebagai pendengar setia, tapi saya juga mengklaim bahwa saya bagian dari mereka karena tanpa ada pendengar, semua tidak akan menjadi suatu bagian.
Media PD : terakhir, apa yang mau anda katakan untuk penutup interview hari ini ?
dikta : musik Indonesia sejatinya harus punya karakter, warna dan memang tidak selau harus tergantung pada pasar, pasar musik itu tercipta apabila adanya sebuah penghargaan tersendiri kepada musik tersebut. memang relatif dan sedikit melawan jalur komersil yang selalu tergantung pada pasar, seperti ada gula ada semut dan semuanya manis.he
baik musik Indie maupun major merupakan sebuah kontradiksi pertentangan yang indah dan akan melahirkan sebuah musik yang memiliki nilai jual tersendiri dalam menciptakan arus pasar musik yang tidak selalu berbumbu komersil
mungkin itu saja, terima kasih
Media PD : sama-sama, dilain waktu kita akan membahas hal yang lain.
0 komentar