BLANTERORBITv102

    Jurnal 9 : Culture Shock Kaum Urban Identitas atau Gaya Hidup

    Rabu, 30 Juni 2010
    Ketika gua ame temen gua JJS (Jalan-jalanSore, Bro..) sepanjang jalan terlihat sebuah identitas yang tidak asing dan mudah teridentifikasi dari ujung sepatu (maunya se diameter sepatu tapi enggak tau bahasanya tuh) pakaian, sampai ujung otaknya manusia (ubun-ubun kalo kata orangtua) dan sering berbicara trend dan life style victim yang sering pamor di Unpad… FGTL?! Fikom Ghetho loch… “eh dibacanya sambil manyun ya”.
    Di sini Fikom Di sana Fikom Dimana-mana hatiku senang “eh ntu mah lagu ????!!!” yah pokoknya di mana-mana barudak Fikom deh. Gua ama temen gua yang lagi JJS seketika itu langsung kaget bukan masalah muka tapi bermula dari kata-kata yang terlontar dari mereka dan terkonfigurasi menjadi Mars Fikom (fikom so good and so kind to me… Alah) gaya rambut, pakaian dan bahasa. Gua dan temen gua yang ketika itu lagi pake pakaian formalitas kampung (kaos oblong dipadukan celana buntung diracik dengan sandal merek Sun, Mak nyus…), mikir, itu semua untuk Identitas atau cuma kebawa sama life style atau malah gaya hidup. Kalo semuaorang masih berpatokan sama identitas, Coba lu bayangin Misalnya lu orang sampit dan beragama Islam dan kondisinya lagi perang dengan orang Medan yang beragama Islam, Mana yang mau lu bela Agamanya apa sukunya?. Nah klo kondisinya di lingkungan MJ (Manusia jatinangor) biasanya neh mahasiswa pada ngerasa di terima di lingkungan atau agar mereka di ketahui dari fakultas mana biasanya mengidentifikasi dirinya dengan cara berpakaian. Di kaum urban sendiri terutama di Bandung, sepanjang sepengetahuan gua mereka meniru pakaian dari tayangan layar lebar seperti Realitas cinta dan rockn roll( celana model ketat + gaya rambut di tiup kesamping sama angin). Temen gua akhirnya nyeletuk juga abis ngerokok,” Itu klo film layar lebar yang lagi Booming pakaiannya lagi model ala Suzana Pake kebaya mereka tuh pada ngikutin ga ya ?” langsung aja gua ketawa.. eh iya ada lagi tu pengaruh film yang bikin kaum urban kebawa sama shock culture, film Virgin, ya film virgin yang menunjukan gaya Maduma (Masyarakat Dugem dan Mabok) di Film tersebut ada suatu konstruksi sosial yang yang di bentuk dimana ML(mandi lifeboy Eh.. Making love) adalah salah satu dari kecenderungan gaya hidup atau dengan kata lain pembentukan pola pikir bahwa bergaul tu harus Maduma kalo dikota kaum Urban dalam pergaulan. Kalo kondisinya seperti ini berarti kita hanya jadi budak yang Cuma disuapi tren, gaya hidup ataupun sejatinya seperti di tanah persemakmuran… budak jajahan, Klo emang seperti ini berarti kita hanya meniru, menduplikat dan mengadaptasi budaya, Ada baiknya seh memang tetapi bila suatu budaya itu di manfaatkan atau tidak sengaja di manfaatkan untuk suatu identitas yang sempit tentu akan menimbulkan suatu struggle (cieilah baru dapet tuh kata-kata tadi dari dosen) dalam suatu komunitas sosial. Balik maning ning Laptop “eh balik ke topik” mengenai gaya hidup sejatinya kita hidup seadanya tidak kekurangan binti tidak kelebihan atau dengan kata ilmiahnya gaya hidup tuh bagaimana cara seseorang untuk bertahan hidup dalam komunitas social yang notabennya berbeda sehingga menimbulkan suatu ciri khas atau gaya tersendiri di lingkungan yang berbeda tadi, klo di Indonesia kayanya kata-kata kaya gitu seh enggak terlalu di ambil pusing. Bukannya mau memebatasi diri tetapi kita jangan sampai bertindak lebih jauh maksudnya mengaburkan dari arti gaya hidup itu sendiri. Jadi gua ama temen gua yang lagi JJS mengambil sebuah hipotesis dengan sejuta alasan bahwa identitas yang menurut temen gua seharusnya maksudnya luas bukan sempit dan gaya hidup sudah sepatutnya perlu diimbangi dengan rasa mensyukuri segala yang telah ada tanpa membohongi diri sendiri(kata-kata yang di plagiat dari sinetron Hidayah man…he2).
    Kita berdua yang dipaksa menulis: # KyQy# yang suka minum susu coklat dan makan roti di pagi hari nan cerah #Loloy# yang gemar menabung dan rajin bersekolah dengan sepeda pemberian orang tua