"sekali berarti, sudah itu mati" (Chairil Anwar)
saya yakin dengan apa yang saya rasakan, akhir-akhir ini semua rutinitas terakumulatif dalam suatu bilangan, 1..2..3..4 hingga menunjukkan validitas dari angka yang sebenarnya. saya merasa dalam suatu lingkaran tetapi lingkaran tersebut membuang saya jauh dalam peradaban yang saya tidak tahu dan saya tidak mengerti dunia apa yang saya diami saat ini dan lama-kelamaan saya benar-benar merasa perlu beradaptif dengan situasi dan kondisi saat ini. hanya itulah satu-satunya jalan menjawab semua sepiring permasalahan yang timbul saat ini dari beberapa hari yang lalu sebelum saya tidak dapat menegenali siapa diri saya saat ini.
alienasi dan terbuang...
saya menyadari betul apa yang saya rasakan saat ini, jam ini, hari ini dan saat-saat beberpa jam mendatang dan ini benar-benar absurd bagi saya. sekitar 2 tahun yang lalu saya membaca sebuah buku kecil namun pengarangnya benar-benar terkenal, Erich Fromm, seorang psikoanalisis dari kebangsaan jerman. banyak karya beliau yang terkenal,diantaranya alienasi cinta dan keterasingan. Menurut Fromm,
"orang teralienasi atau terasing tidak mengalami dirinya sendiri sebagai pusat dunianya. Secara serentak, ia mengalami ketiadaan hubungan dengan dirinya dan di luar dirinya. Ia seperti mesin. Hidup tapi mati."
hidup tapi mati, merupakan sejumlah paradoks permasalahan yang kerap kali terjadi saat manusia benar-benar terbentur dari suatu kehidupan yang mengharuskan dimana setiap orang melangsungkan hidupnya sehingga timbul individualis-individualis semu yang menghancurkan tatanan nilai-nilai sosial. menjadi problematis ketika kita dihadapkan pada dua sisi mata uang, yakni melanjutkan kelangsungan hidup atau menolong sesama di luar sana. kadang kala perspektif yang termasuk masyarakat post-modernisme ini tumbuh ketika kita menyadari betul bahwa saat mentari masuk melalui jendela kamar menandai bahwa perjuangan hari telah dimulai, ataupun ketika saat sarapan pagi lalu bergegas ke luar dan melihat orang-orang sibuk akan dirinya sendiri dan melupakan hal-hal yang perlu dilakukan di sekitarnya.
Perjuangan melawan hari ini menjadikan seorang penindas...
kita kemudian dihadapkan oleh persoalan hari ini, bagaimana cara mempertahankan hidup? bagaimana cara hidup yang baik? bagaimana cara menjalin suatu hubungan yang baik?
semua remeh temeh itu kini mulai menjadi orienntasi hidup masyarakat sekarang dan tindak-tanduk perilaku nya benar-benar mirip penindas jamannya sendiri. sekali lagi. penekanan perjuangan melawan hari benar-benar di konkritkan menjadi suatu hal yang memegang peranan penting dalam struktur sosial sehingga orang-orang mempunyai sikap saling melupakan dan benar-benar terlupakan oleh jamannya sendiri.
hari menjadi musuh yang paling krusial, sehigga banyak yang membenci hari, dan tidak akan pernah mau meikirkannya. hari merupakan batas dimana seseorang tidak dapat melakukan hal untuk orang alin dan menjadi jahat bagi sekelilingnya merupakan mutlak yang dilakukan.
"terbuang namun tidak membuang,menjadi usang namun garang"
begitulah saya menyebutnya, saya,kamu, kalian dan mereka menjadi suatu reduksi yang tak terbantahkan sepanjang masa ini. dan saya benar-benar mengerti atas ketidakmengertian semua menjadi seperti ini, seperti penindas. penindas atas jamannya sendiri, babak peradaban
kolosal mulai menjelma menjadi stimulus-simulus infektan yang menyerang psiko yang tumbuh dan berkembang, tidak dapat mengetahui apa yang menjadi masalah dan kemudian hancur sebelum berkembang. saya kembali menyadari hakekat dasar manusia bangsa primitif, kesukuan primordial dan terikat pada adat.. sejarah menyebutnya gameinschaft, dan kini yang mulai banyak ditinggalkan dari kata tradisional menuju modern.
banyak orang menilai ini merupakan legal dilakukan dan kemudian mejadi custom atau kebiasaan yang wajar dan menjadi bantalan penjawab permasalahan kehidupan yang membuat mereka akan sirna atas kehidupan yang seharusnya terjadi. pola ketidakwajaran tersebut merupakan benih untuk tumbuhnya sikap individualisme yang mendewasa.
"kita menjadi tuan bagi diri kita sendiri tetapi kita tak bisa menjadi tuan di jaman kita sendiri"
persoalan nilai menajadi suatu ketidakmampuan dalam mengkongkretkan suatu ide dan harapan menjadi suatu tindakan yang sah. yah lagi dan lagi masalah pemahaman diri dan kembali menuju bagaimana mempertahankan hidup dengan mencari sepenggal materi sebanyak-banyaknya dan bukan memberi sebanyak-banyaknya.
gambar yang menunjukkan keabsurd-an dunia masyarakat modern
Jurnal 2 : kesendirian itu absurd
Jumat, 29 Mei 2009
0 komentar