BLANTERORBITv102

    Jurnal 8 : METAFORA DUNIA 4 KACA

    Rabu, 30 Juni 2010
    "kehidupan itu ialah sebuah keautisan, dan keautisan itu ialah sebuah keniscayaan yang di tunjukkan dalam nilai metafora-metafora yang setidaknya mendeskripsikan tentang dunia, tentang apa yang telah kamu lakukan dalam hidup, apa yang telah kamu berikan untuk menghilangkan sebuah pagar-pagar yang melingkari sebuah subsistem-subsistem masyarakat, bersikaplah antitesis terhadap sesuatu yang belum dapat kamu mengerti dan pahami sebab kenyataan yang ada selalu berbanding tegak lurus dengan resonansi sebuah kehidupan dari apa yang kamu harapkan dan impikan sejak kamu mulai memikirkannya dan bahkan ketika kamu lahir kemudian membuka mata terhadap dunia ini. Dunia yang semu, dunia yang menghadirkan sebuah pengharapan diatas sebuah penindasan yang kerap kali memaksa kita untuk berteriak "tidak" dan menyumpahi setiap orang yang kita temui dengan kosakata bergenre serapah, sampah dan tanpa arah. dunia yang memaksa kita menghadirkan bentuk-bentuk persaingan masyarakat komunal, dan terperangkap.terjebak dalam suatu paradigma "apakah kita akan bertahan menghadapi derasnya sebuah kehidupan. kehidupan yang seringkali membuat kita bukan menjadi "kita" yang seharusnya sesuai apa yang kita miliki dan bertindak bagai orang lain yang haus konsumeritas, manangung-agungkan sebuah prestige yang akan berakhir di sebuah tempat sampah, dan itu sangat menjijikkan dari pada tikus-tikus koruptor yang patut di binasakan di liang lahat bahkan untuk melakukannya tidak perlu tanda penghormatan, ritual apaun yang berbau feodalisme. Kamu nantinya akan di hadapkan pada sebuah dua sisi yang keduanya bersifat tetap yakni hitam dan putih, dan satu sisi yang bersifat labil yakni abu-abu dan ini bukan mrupakan golongan daripada itu. kamu akan menjadi budak-budak dari suatu barang yang ketika kamu beli nantinya ini buat ap? dan kamu akan terbuang dari sebuah adat dan degradasi kepercayaan saat kamu akan kembali untuk sedikit berharap dan berharap untuk di terima dalam kehidupan kolektif komunal normal. kamu akan menjadi sebuah insan-insan yang autis, individualistis, skeptis bahkan apatis dalam setiap usaha untuk memnuhi kebutuhan hidupmu, dan ini tidak memalukan karena kamu akan lebih menghargai diri kamu sendiri di banding saat kamu berada di kolektif komunal yang membingungkan dan bertanya-tanya " saiapakah saya, dan apa yang harusnya saya lakukan". bersikap autis, individualis bukannya bersikap tanpa sadar lalu memburamkan kata sosial, di sini lah letak sebuah ketololan-ketololan yang beranggapan dasar bahwa individualis adalah anti sosial, "siapa yang anti sosial..tolol!!" individu yang mengerti tidak khan melupakan kata sosial dalam arti ia akan berusaha sendiri untuk memberikan apa yang ia miliki , bisa dan memungkinkan untuk di berikan kepada mereka-meraka yang menjadi korban dari sebuah penindasan struktur dan katakanlah " anjing" kepada mereka-mereka yang berkasta penindas, menganggap manusia adalah seperti bianatang,budak,melakukan trafiicking, ilegal dan akan dihabiskan masanya di akhirat nanti. terakhir, kamu akan mulai melihat dari sisi 4 kaca yang semuanya sudah jelas, siapa musuhmu dan siapa yang harus di singkirkan untuk pertama kali, yakni sebuah perasaan bimbang dan ragu, karena sikap itulah kamu akan goyah, tidak stabil dan akhirnya terjerumus dalam nuansa-nuansa yang tidak sepatutnya dan menganggap ini bukan bagian dari diri kamu".