BLANTERORBITv102

    Jurnal 1 : Selamat datang di Jakarta !!!

    Selasa, 23 Februari 2021
    Pagi ini waktu menunjukkan tepat pukul 08.05 WIB, dimana semua orang sudah mandi pagi-pagi, sarapan pagi-pagi dan berangkat pagi-pagi dan memulai aktifitas kehidupan mereka yang lebih dekat dengan kata ”individualis”. Tetapi aku, masih berusaha membuka mata untuk memulai apa yang disebut pagi bagiku yakni masuk kuliah pukul 10.00 dengan matakuliah Manajemen Sumber Daya Manusia di ruang b.12. Ku menyeduh secangkir teh manis hangat dan membuat roti selai kacang, lalu ku melihat jendelaku yang berbentuk bujur sangkar, empat sisi kaca dengan sejuta arti. Ku tengok sebelah kanan sekitar 180 derajat, jauh di depan sana terlihat antrian ibu-ibu yang sangat panjang dengan tak lupa membawa dirigen-dirigen kosong yang menjadi beban mereka, namun pagi ini sangat kejam, seorang ibu yang mengenakan daster bunga-bunga berwarna merah terdorong-dorong dari barisannya dan terhempas dari jajaran konsumen yang haus akan barang subsidi, lalu tak lama sekitar 3 orang ibu-ibu mungkin tetangganya bergegas membantunya berdiri dan kembali ke barisan. Baru sepekan lalu pemerintah telah menaikkan harga BBM yang terkena arus putaran kenaikan laju minyak dunia dan imbasnya pengurangan minyak tanah di dalam negeri serta pemberlakuan instant konversi kompor minyak tanah ke gas, tetapi sepekan ini terlihat begitu carut-marut, telah satu-dua bahkan tiga kali sebuah tanker yang berlabelkan ”MINYAK TANAH BERSUBSIDI UNTUK RAKYAT” telah datang ke wilayah tepian kota ini dan beberapa kali antrian panjang monoton yang tak habis-habis ini menanti jatahnya dan bebarapa kali juga seorang dari distributor tanker minyak itu berkata” maaf ibu-ibu !!!, minyak tanah untuk hari ini sudah habis, nanti lusa akan ada lagi”. Lagi..lagi dan lagi pemerintah kerap tidak becus pada pemberian pelayanan hajat hidup orang banyak. Tak habis dari itu, kumenoleh vertikal 90 derajat, pemandangan seorang anak perempuan yang menangis dan memegangi seragam putih-biru, ia terpaksa menguburkan impiannya untuk terus bersekolah dan menggapai cita-cita. Ia tidak bisa membayar tunggakan pembayaran SPP yang sudah 4 bulan dan ia menunjukkan sepucuk surat peringatan dari kepala sekolah kepada orang tuanya yang hanya bekerja sebagai tukang becak, lalu di sini lah pemandangan yang paling ironis ketika ayahnya hanya mengangguk, diam, tanpa ekspresi dan mengelus-elus rambut si anak kemudian memeluknya dan anak perempuan itu menangis yang sejadi-jadinya....menyedihkan sekali mengingat negeri ini sudah berkomitmen untuk membenahi sektor pendidikan tetapi ratusan anak banyak yang putus sekolah karena kesulitan biaya. Begitulah kehidupan, begitulah fenomena kehidupan yang terjadi pada wilayah ini dan jendela kontrakan rumah susun yang terletak di lantai 2 ini tempat ku menatap ini sudah sangat tua..sangat tua dan mungkin selamanya akan menua dimakan jaman.... Pukul 08.35 ku melaju dengan sepeda motorku, tepat di persimpangan Lebak Bulus jauh di trotoar dekat terminal banyak pengemis yang duduk meminta-minta di negerinya sendiri dan puluhan anak merdeka harus melacurkan mmpinya di jalanan ini, sasaran meraka hanya satu ”memperoleh uang sebanyak mungkin” dan problema simple inilah yang menenggelamkan mimpi dan impian mereka. Lampu merah telah padam dan berganti dengan lampu hijau, ku kebut sepeda motorku dan kali ini di jalan Pondok Indah terjadi aksi warga yang memboikot jalan dengan satu tuntutan menolak pembangunan jalur busway di Pondok Indah, namun aksi ini tak belangsung lama sebab puluhan aparat dapat mengajak mereka untuk negoisasi dan menghentikan aksi mereka. Memang, pemerintah kota dalam mensosialisasikan pembangunan rentetan batang-batang tubuh prasarana ini banyak menimbulkan konflik, kurang komunikasi tidak peka dan hanya menjalankan suatu misi tanpa melihat di sekeliling mata, pandangan hanya di liputi kabut tujuan ”JAKARTA BEBAS MACET”. "jika anda ingin melihat jakarta maka lihatlah monas yang tinggi menjulang, maka kamu akan senang dan melupakan hal yang sebenarnya terjadi".

    note: saya publikasikan kembali di bulan februari 2021